Sabtu, 27 April 2013

PERANG KEMERDEKAAN INDIA TAHUN 1857 (PERANG SEPOY)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sejak tahun 1500-an, Inggris mulai melakukan perluasan wilayahnya untuk mencari daerah koloni agar mendapatkan rempah-rempah dan dapat menyediakan bahan industri dan dapat menjual produknya ke pasaran dunia. Dengan menggunakan semboyan Imperialisme kuno yaitu gold, gospel, dan glory inggris mulai mengontrol daerah koloni di bawah kekuasaannya. Pada saat Inggris datang ke India, di sana telah dikuasai oleh sebuah dinasti Islam, yaitu dinasti Mughal.
British Empire yang pertama masih bermotifkan ekonomi (merkantilisme) demi kepentingan monopoli ekonomi. Untuk melancarkan kegiatan tersebut, maka pada tahun 1600 Inggris membentuk kongsi dagang untuk India yaitu EIC (East India Company) ketika Ratu Elizabeth I berkuasa.[1] EIC membangun pos-pos niaga di sebagian wilayah perkotaan India. Pada pertengahan tahun 1700-an Dinasti Mughal di India yang berada di bawah kekuasaan Sultan Ahmad mulai melemah pengaruhnya. Sehingga pada tahun 1830, EIC mengambil keuntungan dari melemahnya Dinasti Mughal dengan mengambil alih kekuatan politik dan militer.
Pengambilalihan kekuasaan oleh inggris ini, terutama EIC, yang meliputi kekuasaan ekonomi, keamanan, dan pemerintahan menimbulkan pemberontakan yang dilakukan oleh tentara India dalam kemiliteran Inggris pada tahun 1857, yang disebut pemberontakan Sepoy atau Great Indian Mutiny.[2]


B.     Rumusan Masalah
Dalam membahas perang kemerdekaan India yang pertama pada tahun 1857 (Perang Sepoy), rumusan masalah yang kami ambil adalah sebagai berikut:
1.      Apa sebab umum perang kemerdekaan India yang pertama/Perang Sepoy?
2.      Bagaimana medan pergolakan prajurit pada Perang Sepoy?
3.      Apa pengaruh yang ditimbulkan akibat adanya Perang Sepoy?

C.    Tujuan
Pembuatan makalah yang berjudul Perang Kemerdekaan India yang Pertama 1857 (Perang Sepoy) adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui apa yang menjadi sebab umum Perang sepoy.
2.      Mengetahui bagaimana medan pergolakan prajurit pada saat Perang Sepoy.
3.      Mengetahui pengaruh yang ditimbulkan akibat adanya Perang Sepoy.












BAB II
PEMBAHASAN

1.      Sebab Umum Perang Sepoy
Istilah ”Perang Sepoy” ada yang menyebut dengan ”Pemberontakan Sepoy” atau ”The Indian Mutiny”. Perbedaan itu dikarenakan perbedaan sudut pandang, menyangkut siapa pelakunya dan melibatkan pihak-pihak yang mana dalam pergolakan. Istilah “Mutiny” dapat diartikan pemberontakan atau memberontak. Istilah “The Indian” menunjukkan pelakunya yakni orang India. Sehingga pengertian The Indian Mutiny dapat diartikan pemberontakan oleh orang-orang India, dalam skala yang luas. Alasan orang Inggris diberontak, karena mereka telah durhaka, dan tidak adil. Jadi, pantaslah jika orang-orang India melakukan pemberontakan. Sedangkan Istilah ”Sepoy” atau ”Sipahi” artinya prajurit. Dalam pasukan militer Inggris diberlakukan tentara upahan dari orang India. Dari tentara upahan tersebut ada yang beragama Islam dan Hindu. Sedangkan pengertian “Perang Sepoy” menurut orang Inggris karena prajurit orang India ( Islam dan Hindu) menentang pimpinannya yang tidak adil, maka gerakan itu disebut “Pemberontakan Sepoy”.
Pemerintah Inggris yang berkepentingan menguasai dan mengamankan India, menyebut gerakan orang India itu gerakann yang menentang pemerintahan, sehingga disebut memberontak. Pengertian sepihak ini lebih dikarenakan pihak Inggris mengaku sebagai penguasa yang sah. Namun pihak India juga menyatakan gerakan itu perjuangan atau pergolakan melawan ketidakadilan. Gerakan itu dilakukan oleh prajurit sewaan dari orang-orang India, baik yang beragama Islam maupun Hindu.
Robert Clive menggunakan taktik adu domba akhirnya mendapatkan hak diwani di Benggala. Lord Wallen Hastings berhasi merampas daerah Surat, Mysore, Carnatic, dan Oudh. Sedangkan Lord Dalhousie berhasil merampas daerah Jhansi, Sikkim, Nagpur secara militer dan diplomasi. Tindakan ekspansi itu dilengkapi dengan peraturan pemilikan tahah. Peraturan itu dapat menjerat mereka yang menunggak membayar atau tidak mampu membayar pajak, maka tanahnya akan dilelang. Peraturan ini sangat memukul para zamindar (lawdowners). Para petani juga terkena pengaruhnya sehingga ada petani yang lari ke Dekkan. Pemerintah EIC kurang memperhatikan adat-istiadat, peraturan-peraturan penguasa pribumi dan hak milik bangsa India. Suasana panas ini ikut menyebabkan pemerintah EIC menghapuskan kerajaan, diantaranya kemaharajaan Sikh di Punjab, karena berani menentang kekuasaan Inggris.[3]
Ditinjau dari aspek kebudayaan, bangsa India menyadari bahwa budaya Timur yang religius, kekeluargaan dengan segala adat-istiadatnya akan tenggelam oleh budaya Inggris yang rasional, universal, religius, dan materialistik. Munculnya tuduhan bahwa Pemerintah EIC berusaha mengubah pola pikir bangsa India menjadi bangsa berperadaban barat. Mereka menyebut tindakan Inggris itu mengkristenkan India. Itu sama artinya dengan penjajahan kebudayaan.
Keadaan di India ketika Lord Dalhousie meninggalkan negeri itu amat buruk. Kuasa raja-raja india dan pegawai-pegawai mereka tidak berarti lagi.[4] Ratus ribuan orang dalam negara-negara yang di perintah raja ( indian states ) kehilangan pencahariannya. Perubahan-perubahan yang di adakan orang Inggris terlalu cepat dijalankan ,lagi pula tidak mengindahkan adat-istiadat dan agama bangsa india . Rakyat India gelisah ,sebab merasa bahwa inggris seakan-akan hendak mengganti kebudayaan Hindu dan Islam dengan kebudayaan barat. Tetapi yang tidak tersembunyi lagi bagi pemerintah inggris adalah keadaan serdadu-serdadu India. Tentara itu bersatu dengan rakyat, dan sama-sama menderita tekanan dan kemegahan militer Inggris. Perbedaan di antara serdadu Inggris dan India amat besar, pengangkatan di tingkat atas terlalu sukar. Lagi pula mereka dikirim kemana-mana dan setelah kembali kebanyakan dilepaskan. Pusat pimpinan tentara Inggris tidak mempunyai keterangan yang cukup tentang keadaan dalam bagian-bagian tentara di seluruh India. Jikalau diketahuinya, tentu perbandingan antara banyak serdadu Inggris dan India akan diubahnyasupaya jangan sampai kejadian seperti pada permulaan pemberontakan itu, disuatu tempat penuh serdadu Inggris, ditempat lain terdapat serdadu India saja.


Kasus Belli The Indian Mutiny
Kebencian masyarakat Inggris sudah meningkat ditahun 1857. Suasana mata keruh, hanya tinggal menunggu saat meletusnya pergolakan saja. Tiba-tiba pemimpin tentara Inggris menyuruh supaya ujung patron buatan baru dijilat dulu sebelum dimasukkan dalam senapan untuk membersihkan ujungnya dari semacam munyak.[5] Serdadu Hindu berkeberatan, sebab menyangka minyak itu minyak lembu yang dilarang oleh agama dimakan. Masyarakat India sangat menghormati agama, dimana setiap kegiatan yang dilakukan sehari-hari selalu membutuhkan bimbingan dari kaum rohaniawan.[6] Saudara muslimin menyangka bahwa minyak yang dipakai itu adalah minyak babi yang dilarang oleh agama Islam. Serdadu-serdadu minta supaya keberatan mereka dipertimbangkan. Akan tetapi, Pemerintah EIC hanya mendiamkan saja hal tersebut.. Para serdadu Muslimin dan serdadu Hindu akhirnya mulai berani menentang perintah opsirnya. Pembakaran perbuatan-perbuatan merusak alat-alat yang penting terjadi pada beberapa tempat lakukan oleh para serdadu. Melihat hal itu, tentara Inggris belum insyaf akan bahaya yang mengancam. Saat pemberontakan umum dapat dirahasiakan. Pimpinan tidak tahu apa-apa dan mengirim sebagian dari tentara India ke negeri Tiongkok dan Iran. Lagi pula Inggris pada masa itu harus berperang di Krim (tanah Rus).
Dari praduga itu kemarahan prajurit India memuncak dan menyebut pimpinan prajuritnya melakukan rasdiskriminasi. Sementara itu, Pemerintah EIC berusaha memperbaiki suasana dengan mengeluarkan pernyataan, bahwa peluru untuk latihan tidak perlu dijilat terlebih dahulu.[7] Namun niat baik dar pemerintah Inggris itu tidak mampu meredakan niat para prajurut India untuk menentang atasannya.   

2.      Medan Pergolakan Prajurit
Pergolakan prajurit dimulai tanggal 10 Mei 1857 di kota Meerut. Sekitar 85 orang prajurit melakukan pembakaran gedung dan merusak alat-alat penting di Barakpoer . di kota Meerut ini terdapat markas militer Inggris berkekuatan 2.200 personal dipimpin oleh jendral Hewitt. Jendral Hewitt ditugaskan untuk mengawasi jalannya pemerintahan Dinasti moghul di Delhi. Dari kota kecil di Punyab Selatan ini tersiar kabar bahwa para pembangkang dalam waktu singkat dapat ditangkap, dimasukkan dalam penjara tanpa proses peradilan. Pengaruhnya prajurit India pimpinan Mongol Pande marah dan membunuhi prajurit Inggris yang dijumpai termasuk Mayor Prazer. Kemudian mereka bergerak menyebar dan menyerang penjara untuk membebaskan prajurit India yang ditahan. Sementara itu prajurit Inggis di Meerut belum menguasai keadaan di India. Prajurit tambahan itu baru saja bertugas dalam perang Krim ( 1853-1856 ).
Prajurit Inggis meninggalkan Meerut menuju Delhi dan mulai mendatangkan bantuan dari luar kota. Setelah menguasai Meeerut prajurit India menyerang kota Delhi. Akhirnya kota Delhi jatuh. Sukses ini ikut mempengaruhi Sultan Bahadur Shah II. Setelah dibujuk , akhirnya Sultan Bahadur Shah II menerima untuk diangkat sebagai Sultan di Hindustan dan sekaligus pimpinan Sepoy. Bahadur Shah II ingin mengulang kejayaan Islam seperti kejayaan semasa Akbar, Shah Jahan  dan Aurangzeb. Prajurit Islam berusaha melibatkan rakyat untuk ikut berjuang dengan pedoman : ”perang suci membasmi Inggris yang Tiran ”.
Pimpinan prajurti Inggris Letnan Willeugby tidak mampu menahan gerak maju Sepoy, akhirnya mundur dan Sepoy berkesempatan membakar gudang senjata EIC. Tugas kemiliteran Inggris selanjutnya diambil alih oleh Lord Canning. Langkah pertama yaitu pembenahan militer dan mendatangkan prajurit dari Birma ( berkait berakhirnya perang Birma- Inggris, 1852 ). Juga mendatangkan tentara Inggris dari Parsi dan Tiongkok ( setelah menyelesaikan Perang Candu ). Dengan kekuatan yang besar dan senjata modern kota Delhi dapat dikuasai Inggris. Untuk sementara  orang Sikh memihak Inggrid. Korban dipihak prajurit India cukup besar dan Sultan Bahadur Shah II berhasil ditangkap, ditahan dalam pembuangan di Ranggon ( 1857 ) sampai kematiannya.
Gerak prajurit India terus meluas memasuki daerah Lucknow, Cownpore, Rohilkand, terus melebar ke Agra, Gwalior, Jhansi, dan Kotah. Di bawah pimpinan Henry Lowrence , The Chief Commissioner of the Punyab, prajurit Inggris bertempur mati-matian mempertahankan Lucknow. Akhirnya Lucknow jatuh , namun membawa korban dipihak Inggris Henry Lowrence terbunuh.
3.      Pengaruh Pergolakan Sepoy
Peristiwa yang disebut orang Inggris ”The Indian Mutiny” amat besar pengaruhnya. Pendapat umum mengatakan bahwa keadaan India harus berubah dengan secepat-cepatnya.[8] Adapun pengaruh-pengruh yang disebabkan oleh peristiwa The Indian Mutiny adalah sebagai berikut:
a.       Dinasti Moghul yang berdiri sejak 1526 akhirnya runtuh dengan kematian Bahadur Shah II di Rangoon dan pewarisnya ditembak mati oleh Inggris.
b.      Hubungan antara pemerintah Inggris di India dengan kaum Muslimin menjadi renggang. Inggris menganggap bahwa penyebab terjadinya pergolakan prajurit India karena dukunag pimpinan Bahadur Shah II yang bermimpi ingin mengembalikan kejayaan kerajaan Islam. Impian Bahadur Shah II ini akan menjadi tumpuan  awal perjuangan kaum muslimin untuk mendirikan negara Islam ( Pakistan ).
c.       Pemerintah Inggris di London menyadari kelemahan pemerintahan EIC yang kurang memperhatikan keadaan rakyat India. Pemerintahan yang otokratis berkesan rapi dan loyal, namu`n tetap mendatangkan permusuhan terhadap Inggris.
d.      Akibat administrasi yang buruk, dan akibat besarnya dana untuk perang ,akhhirnya keuangan kongsi dagang kosong. Selanjutnya pemerintah Inggris di London menyatakan EIC dibubarkan 1858 dan seluruh administrasi-keuangan diambil alih oleh kerajaan Inggris.
e.       Muncul kesadaran pemerintah Inggris bahwa EIC tidak mungkin dipertahankan, maka sejak 1 November 1858 mulailah pemerintahan Inggris di India di bawah Ratu Victoria ( Empressof India ) dan wakilnya di India yaitu Lord Canning.
f.       Rakyat India sadar bahwa penjajah Inggris tidak dapat disingkirkan dari India secara Kemiliteran. Dari pergolakan prajurit India telah jatuh korban cukup besar, baik harta dan jiwa. Dari kesadaran itu menyemangati tokoh terpelajar untuk membentuk organisasi perjuangan bersifat sosio-politik, yaitu All Indian National Congress 1885 yang dirintis oleh A O Hume.
Lord Canning berusah menarik simpati rakyat India dengan cara memberi amnesti umum kepada para prajurit yang bergolak, kecuali mereka yang menjadi otak dan penggerak pergolakan. Juga memperhatikan pangkat dalam kemiliteran atau kepegawaian akan ditentukan berdasarkan jasa, tidak berdasarkan ras. Sejarawan India, Dr. RC Majumdar, memberikan ulasan tentang pergolakan prajurit. Perlengkapan persebjataan jauh di bawah kelengkapan prajurit Inggris. Prajurit India belum siap berorganisas dan berkomunikasi. Sementara itu, pemerintah dan bangsa Inggris panda mempengaruhi penguasa-penguasa lokal. Sebagian besar dari penduduk sipil India tidak tahu menahu dengan perang sepoy, sehingga tidak membantu perjuangan, bahkan ada yang membantu Inggris. Hal ini membuktikan kelincahan pemerintah Inggris di India untuk mengisolasir wilayah perjuangan prajurit India. R.C. Majumdar juga mengakui bahwa pihak prajurit India belum ada opsir yang pandai kemiliteran dan berorganisasi. Sementara itu, pihak Inggris tampil sejumlah pakar militer.[9]  Selain itu, R. Couplan menyatakan bahwa peristiwa itu merupakan perjuangan India Islam dan kasta Ksatria yang digerakkan oleh kasta brahmana dari Calcutta untuk menentang penjajahan di Hindustan. Perjuangan militer ini digerakkan oleh kepentingan keagamaan.
Pendapat umum nasionalis dan ahli sejarah India menyebutkan peristiwa 1857-1858 itu sebagai perjuangan pertama secara kemiliteran untuk mencapai kemerdekaan. Bila dicermati pelakunya hanya prajurit Hindu dan Islam yeng menuntun kebebasan dan persamaan hak. Maeskipun unsur nasionalisme revolusioner belum tampak jelas, baru keinginan menuntut kemerdekaan dan persamaan hak dalam jiwa serta arah perjuangannya. Semua itu masih didasari kebencian perseorangan opsir Inggris.
Peristiwa itu lebih tepat disebut gerakan pranasionalisme. Perjuangan Sepoy ini belum didasari konsep untuk mengusir penjajah , belum ada keinginan untuk mendirikan negara merdeka, lebih bersifat keagamaan , usaha menentang pimpinan yang tidak adil dan wilayahnya baru meliputi Hindustan dan Jammu-Kashmir, serta belum melibatkan seluruh lapisan masyarakat India. Peristiwa ini sebanding dengan pemberontakan Pambela Tanah Air yang dipimpin oleh Supriyadi, Muradi , dkk menentang Bala Tentara Jepang di Blitar yang terjadi pada bulan Februari 1945. Disebut sebanding  karena pengaruhnya cukup besar dalam menumbuh suburkan nasionalisme. Kalau peristiwa Blitar Februari 1945 ikut mempercepat terjadinya kemerdekaan Indonesia , tetapi di India peristiwa 1857-1858 menumbuh suburkan nasionalisme dan mempercepat lahirnya organisasi kebangsaan All India National Congress 1885 yang dirintis Allan Octavian Hume.
















BAB III
PENUTUP

Simpulan
1.      Sebab umum meletusnya Perang Sepoy dikarenakan berbagai alasan, yakni: pemerintah EIC kurang memperhatikan adat-istiadat, peraturan-peraturan penguasa pribumi dan hak milik bangsa India. Suasana panas ini ikut menyebabkan pemerintah EIC menghapuskan kerajaan, diantaranya kemaharajaan Sikh di Punjab, karena berani menentang kekuasaan Inggris. Selain itu, Pemerintah EIC berusaha mengubah pola pikir bangsa India menjadi bangsa berperadaban barat. Mereka menyebut tindakan Inggris itu mengkristenkan India. Itu sama artinya dengan penjajahan kebudayaan.
2.      Pergolakan prajurit dimulai tanggal 10 Mei 1857 di kota Meerut. Sekitar 85 orang prajurit melakukan pembakaran gedung dan merusak alat-alat penting di Barakpoer . Di kota Meerut ini terdapat markas militer Inggris berkekuatan 2.200 personal dipimpin oleh jendral Hewitt.
3.      Adapun pengaruh-pengruh yang disebabkan oleh peristiwa The Indian Mutiny adalah sebagai berikut: runtuhnya Dinasti Moghul, hubungan antara pemerintah Inggris di India dengan kaum Muslimin menjadi renggang, pemerintah Inggris di London menyadari kelemahan pemerintahan EIC, kosongnya keuangan kongsi dagang, muncul kesadaran pemerintah Inggris bahwa EIC tidak mungkin dipertahankan, rakyat India sadar bahwa penjajah Inggris tidak dapat disingkirkan dari India secara kemiliteran, dll.




DAFTAR PUSTAKA

Abu Su’ud. 1988.  Memahami Sejarah Bangsa-bangsa di Asia Selatan. Jakarta: Depdikbud.

Supriyadi. 2004. Sejarah Asia Selatan. Yogyakarta: Kalika.
T.S.G Mulia. 1952. India Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan. Jakarta: Balai Pustaka.







[3] Supriyadi, Sejarah Asia Selatan. (Yogyakarta: Kalika), 2004, hal.122
[4] T.S.G Mulia, India Sejarah Politik dan Pergerakan Kemerdekaan. (Jakarta: Balai Pustaka), 1952, hal.92
[5] Ibid.
[6] Abu Su’ud, Memahami Sejarah Bangsa-bangsa di Asia Selatan. (Jakarta: Depdikbud), 1988, hal. 17
[7] Supriyadi, Sejarah Asia Selatan. (Yogyakarta: Kalika), 2004, hal.125
[8]  T.S.G Mulia, India Sejarah Politik dan Pergerakan Kemerdekaan. (Jakarta: Balai Pustaka), 1952, hal.94

[9] Supriyadi, Sejarah Asia Selatan. (Yogyakarta: Kalika), 2004, hal.129

1 komentar: