BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak tahun 1500-an, Inggris mulai melakukan
perluasan wilayahnya untuk mencari daerah koloni agar mendapatkan rempah-rempah
dan dapat menyediakan bahan industri dan dapat menjual produknya ke pasaran
dunia. Dengan menggunakan semboyan Imperialisme kuno yaitu gold, gospel, dan
glory inggris mulai mengontrol daerah koloni di bawah kekuasaannya. Pada saat
Inggris datang ke India, di sana telah dikuasai oleh sebuah dinasti Islam,
yaitu dinasti Mughal.
British Empire yang pertama masih bermotifkan ekonomi
(merkantilisme) demi kepentingan monopoli ekonomi. Untuk melancarkan kegiatan
tersebut, maka pada tahun 1600 Inggris membentuk kongsi dagang untuk India
yaitu EIC (East India Company) ketika Ratu Elizabeth I berkuasa.[1] EIC membangun pos-pos niaga di sebagian wilayah perkotaan India. Pada
pertengahan tahun 1700-an Dinasti Mughal di India yang berada di bawah
kekuasaan Sultan Ahmad mulai melemah pengaruhnya. Sehingga pada tahun 1830, EIC
mengambil keuntungan dari melemahnya Dinasti Mughal dengan mengambil alih
kekuatan politik dan militer.
Pengambilalihan kekuasaan oleh inggris ini, terutama EIC, yang
meliputi kekuasaan ekonomi, keamanan, dan pemerintahan menimbulkan
pemberontakan yang dilakukan oleh tentara India dalam kemiliteran Inggris pada
tahun 1857, yang disebut pemberontakan Sepoy atau Great Indian Mutiny.[2]
B.
Rumusan Masalah
Dalam membahas perang kemerdekaan India yang pertama pada tahun 1857
(Perang Sepoy), rumusan masalah yang kami ambil adalah sebagai berikut:
1.
Apa
sebab umum perang kemerdekaan India yang pertama/Perang Sepoy?
2.
Bagaimana
medan pergolakan prajurit pada Perang Sepoy?
3.
Apa
pengaruh yang ditimbulkan akibat adanya Perang Sepoy?
C.
Tujuan
Pembuatan makalah yang berjudul Perang Kemerdekaan India yang
Pertama 1857 (Perang Sepoy) adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui
apa yang menjadi sebab umum Perang sepoy.
2.
Mengetahui
bagaimana medan pergolakan prajurit pada saat Perang Sepoy.
3.
Mengetahui
pengaruh yang ditimbulkan akibat adanya Perang Sepoy.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Sebab Umum Perang Sepoy
Istilah ”Perang Sepoy” ada yang menyebut dengan
”Pemberontakan Sepoy” atau ”The Indian Mutiny”. Perbedaan itu dikarenakan
perbedaan sudut pandang, menyangkut siapa pelakunya dan melibatkan pihak-pihak
yang mana dalam pergolakan. Istilah “Mutiny” dapat diartikan pemberontakan atau
memberontak. Istilah “The Indian” menunjukkan pelakunya yakni orang India. Sehingga pengertian The Indian Mutiny
dapat diartikan pemberontakan oleh orang-orang India, dalam skala yang luas.
Alasan orang Inggris diberontak, karena mereka telah durhaka, dan tidak adil.
Jadi, pantaslah jika orang-orang India melakukan pemberontakan. Sedangkan
Istilah ”Sepoy” atau ”Sipahi” artinya prajurit. Dalam pasukan militer Inggris
diberlakukan tentara upahan dari orang India. Dari tentara upahan tersebut ada
yang beragama Islam dan Hindu. Sedangkan pengertian “Perang Sepoy” menurut
orang Inggris karena prajurit orang India ( Islam dan Hindu) menentang
pimpinannya yang tidak adil, maka gerakan itu disebut “Pemberontakan Sepoy”.
Pemerintah Inggris yang
berkepentingan menguasai dan mengamankan India, menyebut gerakan orang India
itu gerakann yang menentang pemerintahan, sehingga disebut memberontak.
Pengertian sepihak ini lebih dikarenakan pihak Inggris mengaku sebagai penguasa
yang sah. Namun pihak India juga menyatakan gerakan itu perjuangan atau
pergolakan melawan ketidakadilan. Gerakan itu dilakukan oleh prajurit sewaan
dari orang-orang India, baik yang beragama Islam maupun Hindu.
Robert Clive menggunakan taktik adu domba akhirnya
mendapatkan hak diwani di Benggala. Lord Wallen
Hastings berhasi merampas daerah Surat, Mysore, Carnatic, dan Oudh.
Sedangkan Lord Dalhousie
berhasil merampas daerah Jhansi, Sikkim, Nagpur secara militer dan diplomasi.
Tindakan ekspansi itu dilengkapi dengan peraturan pemilikan tahah. Peraturan
itu dapat menjerat mereka yang menunggak membayar atau tidak mampu membayar
pajak, maka tanahnya akan dilelang. Peraturan ini sangat memukul para zamindar
(lawdowners). Para petani juga terkena pengaruhnya sehingga ada petani yang
lari ke Dekkan. Pemerintah EIC kurang memperhatikan adat-istiadat,
peraturan-peraturan penguasa pribumi dan hak milik bangsa India. Suasana panas ini ikut menyebabkan
pemerintah EIC menghapuskan kerajaan, diantaranya kemaharajaan Sikh di Punjab,
karena berani menentang kekuasaan Inggris.[3]
Ditinjau dari aspek
kebudayaan, bangsa India menyadari bahwa budaya Timur yang religius,
kekeluargaan dengan segala adat-istiadatnya akan tenggelam oleh budaya Inggris
yang rasional, universal, religius, dan materialistik. Munculnya tuduhan bahwa
Pemerintah EIC berusaha mengubah pola pikir bangsa India menjadi bangsa berperadaban
barat. Mereka menyebut tindakan Inggris itu mengkristenkan India. Itu sama
artinya dengan penjajahan kebudayaan.
Keadaan di India ketika Lord
Dalhousie meninggalkan negeri itu amat buruk. Kuasa raja-raja india dan
pegawai-pegawai mereka tidak berarti lagi.[4] Ratus
ribuan orang dalam negara-negara yang di perintah raja ( indian states )
kehilangan pencahariannya. Perubahan-perubahan yang di adakan orang Inggris
terlalu cepat dijalankan ,lagi pula tidak mengindahkan adat-istiadat dan agama
bangsa india . Rakyat India gelisah ,sebab merasa bahwa inggris seakan-akan
hendak mengganti kebudayaan Hindu dan Islam dengan kebudayaan barat. Tetapi
yang tidak tersembunyi lagi bagi pemerintah inggris adalah keadaan
serdadu-serdadu India. Tentara
itu bersatu dengan rakyat, dan sama-sama menderita tekanan dan kemegahan
militer Inggris. Perbedaan di antara serdadu Inggris dan India amat besar,
pengangkatan di tingkat atas terlalu sukar. Lagi pula mereka dikirim
kemana-mana dan setelah kembali kebanyakan dilepaskan. Pusat pimpinan tentara
Inggris tidak mempunyai keterangan yang cukup tentang keadaan dalam
bagian-bagian tentara di seluruh India. Jikalau diketahuinya, tentu
perbandingan antara banyak serdadu Inggris dan India akan diubahnyasupaya
jangan sampai kejadian seperti pada permulaan pemberontakan itu, disuatu tempat
penuh serdadu Inggris, ditempat lain terdapat serdadu India saja.
Kasus Belli The Indian Mutiny
Kebencian masyarakat Inggris sudah meningkat
ditahun 1857. Suasana mata keruh, hanya tinggal menunggu saat meletusnya
pergolakan saja. Tiba-tiba pemimpin tentara Inggris menyuruh supaya ujung
patron buatan baru dijilat dulu sebelum dimasukkan dalam senapan untuk membersihkan
ujungnya dari semacam munyak.[5] Serdadu Hindu berkeberatan, sebab menyangka
minyak itu minyak lembu yang dilarang oleh agama dimakan. Masyarakat India
sangat menghormati agama, dimana setiap kegiatan yang dilakukan sehari-hari
selalu membutuhkan bimbingan dari kaum rohaniawan.[6] Saudara muslimin menyangka bahwa minyak yang dipakai itu adalah minyak babi
yang dilarang oleh agama Islam. Serdadu-serdadu minta supaya keberatan mereka
dipertimbangkan. Akan tetapi, Pemerintah EIC hanya mendiamkan saja hal tersebut..
Para serdadu Muslimin dan serdadu Hindu akhirnya mulai berani menentang
perintah opsirnya. Pembakaran perbuatan-perbuatan merusak alat-alat yang
penting terjadi pada beberapa tempat lakukan oleh para serdadu. Melihat hal
itu, tentara Inggris belum insyaf akan bahaya yang mengancam. Saat
pemberontakan umum dapat dirahasiakan. Pimpinan tidak tahu apa-apa dan mengirim
sebagian dari tentara India ke negeri Tiongkok dan Iran. Lagi pula Inggris pada
masa itu harus berperang di Krim (tanah Rus).
Dari praduga itu kemarahan
prajurit India memuncak dan menyebut pimpinan prajuritnya melakukan rasdiskriminasi.
Sementara itu, Pemerintah EIC berusaha memperbaiki suasana dengan mengeluarkan
pernyataan, bahwa peluru untuk latihan tidak perlu dijilat terlebih dahulu.[7] Namun niat baik dar pemerintah Inggris
itu tidak mampu meredakan niat para prajurut India untuk menentang atasannya.
2. Medan Pergolakan Prajurit
Pergolakan prajurit dimulai
tanggal 10 Mei 1857 di kota Meerut. Sekitar 85 orang prajurit melakukan
pembakaran gedung dan merusak alat-alat penting di Barakpoer . di kota Meerut
ini terdapat markas militer Inggris berkekuatan 2.200 personal dipimpin oleh
jendral Hewitt. Jendral Hewitt ditugaskan untuk mengawasi jalannya pemerintahan
Dinasti moghul di Delhi. Dari kota kecil di Punyab Selatan ini tersiar kabar
bahwa para pembangkang dalam waktu singkat dapat ditangkap, dimasukkan dalam
penjara tanpa proses peradilan. Pengaruhnya prajurit India pimpinan Mongol
Pande marah dan membunuhi prajurit Inggris yang dijumpai termasuk Mayor Prazer.
Kemudian mereka bergerak
menyebar dan menyerang penjara untuk membebaskan prajurit India yang ditahan.
Sementara itu prajurit Inggis di Meerut belum menguasai keadaan di India.
Prajurit tambahan itu baru saja bertugas dalam perang Krim ( 1853-1856 ).
Prajurit Inggis meninggalkan
Meerut menuju Delhi dan mulai mendatangkan bantuan dari luar kota. Setelah
menguasai Meeerut prajurit India menyerang kota Delhi. Akhirnya kota Delhi
jatuh. Sukses ini ikut mempengaruhi Sultan Bahadur Shah II. Setelah dibujuk ,
akhirnya Sultan Bahadur Shah II menerima untuk diangkat sebagai Sultan di
Hindustan dan sekaligus pimpinan Sepoy. Bahadur Shah II ingin mengulang
kejayaan Islam seperti kejayaan semasa Akbar, Shah Jahan dan Aurangzeb. Prajurit Islam berusaha
melibatkan rakyat untuk ikut berjuang dengan pedoman : ”perang suci membasmi
Inggris yang Tiran ”.
Pimpinan prajurti Inggris Letnan
Willeugby tidak mampu menahan gerak maju Sepoy, akhirnya mundur dan Sepoy
berkesempatan membakar gudang senjata EIC. Tugas kemiliteran Inggris
selanjutnya diambil alih oleh Lord Canning. Langkah pertama yaitu pembenahan
militer dan mendatangkan prajurit dari Birma ( berkait berakhirnya perang
Birma- Inggris, 1852 ). Juga mendatangkan tentara Inggris dari Parsi dan Tiongkok
( setelah menyelesaikan Perang Candu ). Dengan kekuatan yang besar dan senjata
modern kota Delhi dapat dikuasai Inggris. Untuk sementara orang Sikh memihak Inggrid. Korban dipihak
prajurit India cukup besar dan Sultan Bahadur Shah II berhasil ditangkap,
ditahan dalam pembuangan di Ranggon ( 1857 ) sampai kematiannya.
Gerak prajurit India terus
meluas memasuki daerah Lucknow, Cownpore, Rohilkand, terus melebar ke Agra,
Gwalior, Jhansi, dan Kotah. Di bawah pimpinan Henry
Lowrence , The Chief Commissioner of the Punyab, prajurit Inggris bertempur
mati-matian mempertahankan Lucknow.
Akhirnya Lucknow jatuh , namun membawa korban dipihak Inggris Henry Lowrence
terbunuh.
3. Pengaruh Pergolakan Sepoy
Peristiwa yang disebut orang Inggris ”The Indian
Mutiny” amat besar pengaruhnya. Pendapat umum mengatakan bahwa keadaan India
harus berubah dengan secepat-cepatnya.[8] Adapun
pengaruh-pengruh yang disebabkan oleh peristiwa The Indian Mutiny adalah
sebagai berikut:
a.
Dinasti
Moghul yang berdiri sejak 1526 akhirnya runtuh dengan kematian Bahadur Shah II
di Rangoon dan pewarisnya ditembak mati oleh Inggris.
b.
Hubungan
antara pemerintah Inggris di India dengan kaum Muslimin menjadi renggang.
Inggris menganggap bahwa penyebab terjadinya pergolakan prajurit India karena
dukunag pimpinan Bahadur Shah II yang bermimpi ingin mengembalikan kejayaan
kerajaan Islam. Impian Bahadur Shah II ini akan menjadi tumpuan awal perjuangan kaum muslimin untuk
mendirikan negara Islam ( Pakistan ).
c.
Pemerintah
Inggris di London menyadari kelemahan pemerintahan EIC yang kurang
memperhatikan keadaan rakyat India. Pemerintahan yang otokratis berkesan rapi
dan loyal, namu`n tetap mendatangkan permusuhan terhadap Inggris.
d.
Akibat
administrasi yang buruk, dan akibat besarnya dana untuk perang ,akhhirnya keuangan
kongsi dagang kosong. Selanjutnya pemerintah Inggris di London menyatakan EIC dibubarkan
1858 dan seluruh administrasi-keuangan diambil alih oleh kerajaan Inggris.
e.
Muncul
kesadaran pemerintah Inggris bahwa EIC tidak mungkin dipertahankan, maka sejak
1 November 1858 mulailah pemerintahan Inggris di India di bawah Ratu Victoria (
Empressof India ) dan wakilnya di India yaitu Lord Canning.
f.
Rakyat
India sadar bahwa penjajah Inggris tidak dapat disingkirkan dari India secara
Kemiliteran. Dari pergolakan prajurit India telah jatuh korban cukup besar,
baik harta dan jiwa. Dari kesadaran itu menyemangati tokoh terpelajar untuk
membentuk organisasi perjuangan bersifat sosio-politik, yaitu All Indian
National Congress 1885 yang dirintis oleh A O Hume.
Lord Canning berusah menarik
simpati rakyat India dengan cara memberi amnesti umum kepada para prajurit yang
bergolak, kecuali mereka yang menjadi otak dan penggerak pergolakan. Juga
memperhatikan pangkat dalam kemiliteran atau kepegawaian akan ditentukan
berdasarkan jasa, tidak berdasarkan ras. Sejarawan India, Dr. RC
Majumdar, memberikan ulasan tentang pergolakan prajurit. Perlengkapan
persebjataan jauh di bawah kelengkapan prajurit Inggris. Prajurit India belum
siap berorganisas dan berkomunikasi. Sementara itu, pemerintah dan bangsa
Inggris panda mempengaruhi penguasa-penguasa lokal. Sebagian besar dari
penduduk sipil India tidak tahu menahu dengan perang sepoy, sehingga tidak
membantu perjuangan, bahkan ada yang membantu Inggris. Hal ini membuktikan
kelincahan pemerintah Inggris di India untuk mengisolasir wilayah perjuangan
prajurit India. R.C. Majumdar juga mengakui bahwa pihak prajurit India belum
ada opsir yang pandai kemiliteran dan berorganisasi. Sementara itu, pihak
Inggris tampil sejumlah pakar militer.[9] Selain
itu, R. Couplan menyatakan bahwa peristiwa itu merupakan perjuangan India Islam
dan kasta Ksatria yang digerakkan oleh kasta brahmana dari Calcutta untuk
menentang penjajahan di Hindustan. Perjuangan militer ini digerakkan oleh
kepentingan keagamaan.
Pendapat umum nasionalis dan
ahli sejarah India menyebutkan peristiwa 1857-1858 itu sebagai perjuangan
pertama secara kemiliteran untuk mencapai kemerdekaan. Bila dicermati pelakunya
hanya prajurit Hindu dan Islam yeng menuntun kebebasan dan persamaan hak.
Maeskipun unsur nasionalisme revolusioner belum tampak jelas, baru keinginan
menuntut kemerdekaan dan persamaan hak dalam jiwa serta arah perjuangannya.
Semua itu masih didasari kebencian perseorangan opsir Inggris.
Peristiwa itu lebih tepat disebut gerakan
pranasionalisme. Perjuangan Sepoy ini belum didasari konsep untuk mengusir
penjajah , belum ada keinginan untuk mendirikan negara merdeka, lebih bersifat
keagamaan , usaha menentang pimpinan yang tidak adil dan wilayahnya baru
meliputi Hindustan dan Jammu-Kashmir, serta belum melibatkan seluruh lapisan
masyarakat India. Peristiwa ini sebanding dengan pemberontakan Pambela Tanah
Air yang dipimpin oleh Supriyadi, Muradi , dkk menentang Bala Tentara Jepang di
Blitar yang terjadi pada bulan Februari 1945. Disebut sebanding karena pengaruhnya cukup besar dalam menumbuh
suburkan nasionalisme. Kalau peristiwa Blitar Februari 1945 ikut mempercepat
terjadinya kemerdekaan Indonesia , tetapi di India peristiwa 1857-1858 menumbuh
suburkan nasionalisme dan mempercepat lahirnya organisasi kebangsaan All India
National Congress 1885 yang dirintis Allan Octavian Hume.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
1.
Sebab
umum meletusnya Perang Sepoy dikarenakan berbagai alasan, yakni: pemerintah EIC
kurang memperhatikan adat-istiadat, peraturan-peraturan penguasa pribumi dan
hak milik bangsa India. Suasana panas ini ikut menyebabkan pemerintah EIC
menghapuskan kerajaan, diantaranya kemaharajaan Sikh di Punjab, karena berani
menentang kekuasaan Inggris. Selain itu, Pemerintah EIC berusaha mengubah pola
pikir bangsa India menjadi bangsa berperadaban barat. Mereka menyebut tindakan
Inggris itu mengkristenkan India. Itu sama artinya dengan penjajahan
kebudayaan.
2.
Pergolakan
prajurit dimulai tanggal 10 Mei 1857 di kota Meerut. Sekitar 85 orang prajurit melakukan pembakaran
gedung dan merusak alat-alat penting di Barakpoer . Di kota Meerut ini terdapat
markas militer Inggris berkekuatan 2.200 personal dipimpin oleh jendral Hewitt.
3.
Adapun
pengaruh-pengruh yang disebabkan oleh peristiwa The Indian Mutiny adalah
sebagai berikut: runtuhnya Dinasti Moghul, hubungan antara pemerintah Inggris
di India dengan kaum Muslimin menjadi renggang, pemerintah Inggris di London
menyadari kelemahan pemerintahan EIC, kosongnya keuangan kongsi dagang, muncul
kesadaran pemerintah Inggris bahwa EIC tidak mungkin dipertahankan, rakyat
India sadar bahwa penjajah Inggris tidak dapat disingkirkan dari India secara
kemiliteran, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Su’ud. 1988. Memahami Sejarah Bangsa-bangsa di Asia
Selatan. Jakarta: Depdikbud.
Supriyadi. 2004. Sejarah Asia Selatan. Yogyakarta: Kalika.
T.S.G Mulia. 1952. India
Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan. Jakarta: Balai Pustaka.
http://ntanta.wordpress.com/2009/11/29/kolonialisme-di-india-sampai-abad-xix-british-raj-kemaharajaan-britania-di-india/ diakses tanggal 2 april 2010 pukul 13:31.
http://gommu.wordpress.com/2009/11/01/dinamika-pemerintahan-di-india-tahun-1858-1879/
diakses tanggal 2 April 2010 pukul 13:40.
[1] http://ntanta.wordpress.com/2009/11/29/kolonialisme-di-india-sampai-abad-xix-british-raj-kemaharajaan-britania-di-india/
diakses tanggal 2 april jam 13:31
[2] http://gommu.wordpress.com/2009/11/01/dinamika-pemerintahan-di-india diakses tanggal 2 April 2010 pukul 13:40
[4] T.S.G Mulia, India Sejarah Politik
dan Pergerakan Kemerdekaan. (Jakarta: Balai Pustaka), 1952, hal.92
[6] Abu Su’ud, Memahami Sejarah Bangsa-bangsa
di Asia Selatan. (Jakarta: Depdikbud), 1988, hal. 17
[8] T.S.G
Mulia, India Sejarah Politik dan
Pergerakan Kemerdekaan. (Jakarta: Balai Pustaka), 1952, hal.94
Terimakasih ^^
BalasHapus