BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Ki
Hajar Dewantara, yang semula bernama R.M Suwardi Suryadiningrat, lahir di
Jogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Beliau lahir dari keluarga bangsawan (cucu
Pakualam III), yang meninggalkan kebangsawanannya untuk terjun dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia dan berjuang
memperbaiki nasib rakyat. Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922,
mendirikan perguruan Nasional Taman Siswa di Yogyakarta. Sejak saat itu sampai
akhir hayatnya, 26 April 1959. Ki Hajar Dewantara memelihara dan mengasuh Taman Siswa. [1]
Kita
mengetahui bahwa salah satu tokoh pendidikan Nasional Indonesia yang memberikan
kontribusi terhadap perkembangan pendidikan di tanah air adalah Ki Hajar
Dewantara. Ki Hajar Dewantara mengawali pikiran-pikiran tentang pendidikannya
dengan menekankan bahwa pendidikan yang terjadi pada masa itu tidak cukup
memberikan ruang gerak kepada peserta didik untuk berkembang dan dipengaruhi
oleh muatan-muatan kolonialisme, pikiran-pikiran Ki Hajar Dewantara sampai saat
ini masih relevan untuk diterapkan sebagai salah satu pikiran pendidikan yang
bersal dari dalam negeri. Dengan pengalaman
dan analisis kritis terhadap pendidikan barat, Ki Hajar Dewantara
memberikan pendekatan alternative dalam dunia pendidikan.
Ki
Hajar Dewantara sebagai peletak dasar pendidikan nasional, hal ini diakui
presiden Soekarno dalam kata sambutannya (JAKARTA, 20 Januari 1962), dalam buku
Karya Ki Hajar Dewantara: bagian pertama pendidikan, menegaskan kita
kenal Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh nasional, tokoh kemerdekaan dan tokoh
pendidikan nasional, yang dengan keuletan dan ketabahan hati berjoang terus,
“sepi ing pamrih rame ing gawe”…karangan-karangan beliau adalah sangat luas dan
mendalam, yang tidak saja dapat membangkitkan semangat perjuangan nasional
sewaktu jaman penjajahan, tetapi juga meletakkan dasar-dasar pendidikan
nasional yang progresif untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang.[2]
Akhir kata, materi ini sangat
bermanfaat untuk dipelajari oleh para mahasiswa, yaitu untuk membuka wawasan
tentang perkembangan pendidikan di Indonesia.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1) Bagaimana
pandangan Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan di pandang dalam sudut
Kebudayaan?
2) Bagaimana
pendidikan sebagai proses pembudayaan dalam konsep taman Siswa?
3) Bagaimana
penerapan pandangan Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran berwawasan
kemasyarakatan?
C.
TUJUAN
1. Mengetahui
bagaimana panadangan Ki Hajar Dewantara
mengenai pendidikan dalam kebudayaan?
2. Mengetahui
konsep taman siswa terkait dengan pendidikan
3. Mengetahui
dan memahami penerapan pandangan Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran
berwaawasan kemasyarakatan.
D.
MANFAAT
Penyusun
berharap, setelah membaca makalah “ Pandangan Ki Hajar Dewantara mengenai
Pendidikan sebagai proses pembudayaan” ini maka dapat menambah wawasan dan
mengetahui pandangan Ki Hajar Dewantara
mengenai pendidikan dalam kebudayaan, konsep taman siswa terkait dengan
pendidikan dan memahami penerapan pandangan Ki Hajar Dewantara dalam
pembelajaran berwaawasan kemasyarakatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENDIDIKAN
DALAM KEBUDAYAAN
Kebudayaan dan
pendidikan layaknya teman yang karib. Dalam upaya untuk mengetahui hakikat
kebudayaan, maka kita dapat mengkaji pandangan Ki Hajar Dewantara sebagai bapak
pembangunan pendidikan nasional. Tentang konsepnya mengenai kebudayaan
nasionalnya dikenal sebagai teori Trikon. Menurut Ki Hajar Dewantara kebudayaan berarti buah
budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh yang
kuat yaitu alam dan zaman (kodrat dan masyarakat). Dari rumusan tersebut
mengandung beberapa hal yaitu:1) kebudayaan selalu bersifat kebangsaan (nasional)
dan mewujudkan sifat atau watak kepribadian bangsa. 2)tiap-tiap kebudayaan
menunjukkan keindahan dan tingginya adat
kemanusiaan pada hidup masing-masing bangsa yang memilikinya. 3)tiap-tiap
kebudayaan sebagai buah kemenangan
manusia terhadap kekuatan alam dan zaman
selalu memudahkan dan melancarkan hidupnya serta memberi alat-alat baru untuk
kemajuan hidup dan memudahkan serta memanjukan dan mempertinggi taraf
kehidupannya.[3]
Salah satu
proses yang luas dikenal mengenai kebudayaan adalah transmisi kebudayaan.
Artinya kebudayaan itu di transmisikan
dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Bahkan banyak ahli pendidian
yang merumuskan proses pendidikan tidak lebih dari proses transmisi kebudayaan.
Betapa
pentingnya peranan pendidikan di dalam kebudayaan menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara dapat kita lihat
dalam system among yang berisi
mengajardan mendidik. Tugas lembaga pendidikan bukan hanya mengajar untuk
menjadi orang pintar dan pandai berpengetahuan
cerdas, tetapi mendidik berarti menutun
tumbuhnya budi pekerti dalam
kehidupan agar supaya kelak
menjadi manusia berpribadi yang beradab
dab bersusila. Selanjutnya beliau mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang
beradab dan berbudaya. Sebagai manusia budaya ia sangggup dan mempu mencipta
segala sesuatu yang bercorak luhur dan indah, yakni yang disebut kebudayaan.
Dengan demikian maka manusia itu dalam
hidup lahir dan hidup batinnya selalu menampakkan sifat-sifat luhur, halus, dan
indah. Di dalam salah satu pidatonya pada kngres pendidikan antar Indonesia
tahun 1949 beliau mengatakan antara lain
bahwa pendidikan dan pengajaran adalah usaha kebudayaan semata-mata, bahwa
perguruan itu ialah taman persemaian benih-benih kebudayaan bagi suatu bangsa.
Dengan demikian cita-cita Ki Hajar Dewantara ialah pendidikan merupakan usaha
untuk mempersatukan bangsa Indonesia.[4]
B.
KONSEP
TAMAN SISWA
Supaya
kita memahami permasalahan kebudayaan dalam pendidikan ada baiknya kita
mengetahui bagaimana konsep taman siswa mengenai hal tersebut. Hal ini
disebabkan karena Bapak Taman Siswa
sebagai bapak pendidikan nasional telah meletakkan dasar-dasar pendidikan
nasional yang berorientasi budaya. Dalam kongres Taman Siswa Pertama tahu 1930,
Ki Hajar Dewantara telah menyodorkan konsep pendidikan sebagai berikut:
“Pendidikan beralaskan garis hidup dari bangsanya (kulturil nasional) yang
ditujukan untuk keperluan perikehidupan (maatschappelijk) yang dapat mengangkat
derajat Negara dan rakyatnya, agar dapat bersama-sama dengan lain bangsa untuk
kemulyaan segenap manusia diseluruh dunia”.[5]
Ki
Hajar Dewantara menyatakan bahwa Taman Siswa merupakan badan Perjuangan yang
berjiwa nasional, dan badan pembangunan masyarakat dan kebudayaan. Sebagai
badan perjuangan, Taman Siswa mempunyai tugas mewujudkan system pendidikan dan
pengajaran nasional. Hal ini mengandung arti bahwa Taman Siswa teguh mempertahankan dan
memelihara asas-asas dan dasar-dasar
Taman Siswa dari segala macam marabahaya perpecahan yang besumber dari
semangat perseorangan dan ancanman dari luar( pemerintah jajahan Belanda dan
Jepang). Membangun masyarakat dan kebudayaan dengan melalui pembangunan
manusia-manusia yang merdeka lahir dan batin, dan bersama-sama mewujudkan
kebudayaan-kebangsaan yang berdasarkan adab kemanusiaan, sehingga setiap
individu dapat memperoleh keeselamatan dalam hidup lahiriah dan kebahagiaan
dalam hidup batiniah.[6]
Sehingga,
dapat kita rumuskan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara
yaitu:
1) Kebudayaan
tidak dapat dipisahkan dari pendidikan, bahkan kebudayaan merupakan alas atau
dasar pendidikan
2) Kebudayaan
menjadi alasan pendidikan tersebut haruslah bersifat kebangsaan. Dengan
demikian kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan yang riil yaitu budaya yang
hidup di dalam masyarakat kebangsaan Indonesia.
3) Pendidikan
mempunyai arah yaitu untuk mewujudkan keperluan perikehidupan. Yang dimaksud
dengan perikehidupan (matschappelijk) adalah kebutuhan yang dirasakan oleh
masyarakat pada saat ini.
4) Arah
tujuan pendidikan ialah untuk mengangkat derajat Negara dan rakyat. Mengandung
arti bahwa yang dicerdaskan bukanlah individu perorangan tetapi suatu kehidupan
bangsa yang cerdas.
5) Pendidikan
yang visioner. Karena rumusan Ki Hajar Dewantara telah jauh mencakup ke depan.
Struktur
organisasi Persekolahan pada Perguruan Nasional Taman Siswa mengembangkan semua
Jenjang pendidikan dari tingkat paling rendah sampai pendidikan tinggi. Adapun
jenjang dan jenis pendidikan tersebut yaitu:
Ø Taman
Indria, bagi anak berusia 5-6 tahun.
Ø Taman Anak, bagi
anak berusia 6-7 tahun dan 9-10 tahun
Ø Taman Muda, bagi
anak berusia 10-11tahun sampai 12-13 tahun.
Ø Taman Dewasa, bagi
anak berusia 13-14 tahun sampai 16 aatau 17 tahun dan setaraf dengan tingkat
pendidikan SMP. Dismping itu juga ada Taman
Dewasa Raya, yaitu jenjang pendidikannya 5 tahun setingkat dengan
pendidikan SMP dan SMA
Ø Taman Madya, bagi
anak berusia 17-18 tahun sampai 20-21 tahun, yang setingkat SMA.
Ø Taman Sarjana, bagi
anak berusia 21 atau 22 tahun sampai 26 atau 27 tahun, yang setingkat dengan
pendidikan di universitas.
Ø Taman Guru
Ø Taman Karya, yang
memepersiapkan tenaga kerja yang dibutuhkan masyarkat, yang setingkat dengan
Taman Masya dan Taman Deawasa.[7]
C.
PENERAPAN
DALAM PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN
Pendidikan
secara umum berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti(
kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak. Dalam pengertian
ini mengandung makna bahwa pendidikan pada Taman Siswa tidak boleh
dipisah-pisahkan, tetapi sebagai suatu kesatuan untuk memajukan kesempurnaan
hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan
dunianya.[8]
Kebudayaan
merupakan dasar dari praksis pendidikan, maka bukan saja selruh proses
pendidikan berjiwakan kebudayaan nasional, tetapi juga seluruh unsure
kebudayaan harus diperkenalkan dalam proses pendidikan. Hal ini berarti
kesenian, budi pekerti, syarat-syarat agama (nilai-nilai agama), sastra
(dongeng, babat, cerita-cerita rakyat dan sebagainya), juga pendidikan jasmani.
Program pendidikan yang komprehensif tersebut menuntut suatu suasana pendidikan
berbudaya yang hanya dapat diwujudkan secara efektif di dalam system pondok.
Pendidikan pada taman siswa yang dikembangkan oleh Ki Hajar
Dewantara tidak menggunakan pendekatan paksaan. Dasar p[endidikan yang
dipergunakan adalah Momong, Among dan
Ngemong. Dalam hal ini tidak ada pelaksanaan terhadap anak didik,tetapi
lebih kepada membimbing dan memimpin meskipun pad hal-hal tertentu peran
tersebut juga tidak diperlukan. Anak didik berkembang sesuai dengan kodratnya,
sehingga peran guru sebagai pendamping dan orang yang membantu mengarahkan
siswa sesuai dengan perkembangannya.
System pondok merupakan sarana untuk
mempersatukan pendidikan ilmu pengetahuan dengan pendidikan budi pekerti serta
nilai-nilai budaya lainnya, system ini
menurut Ki Hajar Dewantara bukan asing di dalam sejarah pendidikan kita
yang telah mengenal system asraa yang kemudian menjadi pondok pesantren. Sudah
tentu pelaksanaan system pondok di dalam pengertian adanya sarana-sarana fisik
tentunyaakan meminta biaya yang cukup besar. Namun demikian, pelaksanaan system
pondok juga dapat berarti mengembangkan
kondisi dan suasana kepondokan di
dalam praksis pendidikan. Khusus untuk guru system pondok tersebut mungkin
merupakan suatu tuntutan. Dengan system tersebut pada calon pendidik akan dapat
menghayati dan kelak dapat melaksanakan prinsip-prinsip kebudayan di dalam
praksis pendidikan. Para guru professional masa depan menuntut kesatuan di dalam kepribadiannya bukan hanya
menguasai ilmu pengetahuan dn bagaimana mentransfer ilmu pengetahuan kepada
peserta didik,tetapi uga para guru tersebut merupakan resi modern yaitu seorang
intelektual,professional, dan pemimpin yang perlu dan dapat digugu.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendidikan
adalah proses pembudayaan kodrat alam, maka isi pendidikan keseluruhan jenis
pendidikan di Taman Siswa pada dasarnya kebudayaan
yang dapat memelihara dan memajukan serta mempertinggi dan mentyempurnakan
pertumbuhan jiwa raga anak, sesuai dengan garis-garis kodrat alamnya. Ditinjau
dari segi wujudnya, Ki Hajar Dewantara mengartikan kebudayaan sebagai “buah budi manusia” yang berbentuk
kebudayaaan lahir (materiil) dan batin (non materiil), yang selalu mengandung
sifat-sifat keluhuran dan ketulusan atu keindahan, etis dan estetis, yang
terdapat dalam hidup manusia. Ditinjau dari sudut proses terbentuknya,
kebudayaan merupakan hasil perjuangan
manusia dalam menghadapi segala kekuatan alam yang mengelilinginya, dan
segala pengaruh zaman atau masyarakatnya, menyebabkan bentuk dan isi kebudayaan
dari setiap bangsa terus-menerus berubah dan berkembang.
Sehubungan
dengan perkembangan kebudayaan bangsa, Ki Hajar Dewantara mengemukakan asas
trikon, yang menyatakan bahwa perkembangan kebudayaan kebangsaan
berpusat(konsentris) pada kebudayaan lama yang terus menerus berkembang (kontinyu) dengan menerima dan
memadukannya dengan unsure-unsur kebudayaan dari luar (konvergensi) yanmg menuju pada adab kemanusiaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Dwi Siswoyo,dkk. (2008). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY press.
H.A.R. Tilaar. (2002). Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani
Indonesia; strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Ihat Hatimah,dkk. (2008). Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Redja Mudyahardjo. (2002). Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi awal
tentang dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
[1] Redja Mudyahardjo. (2002).
Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi awal
tentang dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hal:293
[2] Dwi Siswoyo,dkk.
(2008). Ilmu Pendidikan.Yogyakarta:
UNY press. Hal: 166
[3] H.A.R. Tilaar. (2002). Pendidikan
Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia; strategi Reformasi Pendidikan Nasional.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya:hal 43
[4] Ibid.hal 56
[5]H.A.R. Tilaar. (2002). Pendidikan
Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia; strategi Reformasi Pendidikan
Nasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya:hal
68
[6] Redja
Mudyahardjo. (2002). Pengantar
Pendidikan: Sebuah Studi awal tentang dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan
Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hal:302.
[7] Lihat Redja
Mudyahardjo. (2002). Pengantar
Pendidikan: Sebuah Studi awal tentang dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan
Pendidikan di Indonesia. Hal:304-305.
[8] Ihat Hatimah, dkk. (2008).
Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan.
Jakarta: Universitas Terbuka. Hal 1.39
Tidak ada komentar:
Posting Komentar